- Metode deduktif
Dipelopori oleh Aristoteles. Bertolak dari asumsi umum yang
kebenarannya tidak dipersoalkan, lalu diterapkan pada hal khusus yang dikenal
sebgai Silogisme Kategorik (Kategorical Silogisme) yang
terdiri dari 3 bagian :
a. Premis Mayor
Pernyataan sifat hubungan yang
kebenarannya diasumsikan terbukti dengan sendirinya (self evident)
b. Premis Minor
Suatu kasus tertentu yang
berhubungan dengan premis mayor
c. Kesimpulan
Hasil hubungan logis premis mayor dengan premis
minor.
Kelemahannya :
1.
Kebenaran kesimpulan tergantung pada kebenaran premis mayor.
2.
Sulit menemukan pengetahuan baru
Metoda ini berlangsung sampai
abad ke 17.
Berfikir secara deduktif adalah menggunakan sifat
Koheren dalam menentukan kebenaran
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus)
dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status sosial.
- Metode induktif
Francis Bacon menyanggah teori deduktif
dengan Novum Organum .
Ia mengusulkan :
1. Pengamatan phenomena
- phenomena yang diamatinya.
2. Berdasarkan
bukti-bukti yang dikumpulkan melalui pengamatan kasus-kasus yang banyak,
kemudian generalisasi atau kasus yang bersifat umum.
Kelemahannya :
Pengumpulan kasus secara
acak, konsep yang utuh mustahil dapat melahirkan teori-teori atau generalisasi
yang benar.
Sedangkan berfikir
secara Induktif yaitu menggunakan sifat korespondensi dalam menentukan
kebenaran.
Pada abad ke 19 Charles
Darwin memadukan kedua metoda itu (Best, 1975) Ia menyususn
tepri asal usul manusia.
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan
dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang
disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diteliti.
Penalaran Induktif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Generalisasi
Proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup
semua fenomena tersebut.
Generalisasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Loncatan
induktif:
fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena
yang ada.
b. Tanpa
loncatan induktif:
fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh Generalisasi:
·
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
·
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
2. Analogi
Proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus
yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk
satu hal berlaku juga untuk hal lain.
Tujuan dari Analogi adalah:
·
Meramalkan kesamaan
·
Menyingkapkan kekeliruan
·
Menyusun sebuah klasifikasi.
Contoh analogi:
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan
baik.
3. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Hubungan kausal dapat terjadi dalam tiga pola:
·
Sebab ke
akibat : mula-mula bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang sudah diketahui, kemudian
bergerak maju menuju pada kesimpulan sebagai akibat yang terdekat.
·
Akibat
ke sebab : suatu proses
berpikir yang bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang
diketahui, kemudian bergerak menuju ke sebab-sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat tersebut.
·
Akibat
ke akibat : suatu proses
penalaran yang bertolak dari suatu akibat menuju akibat yang lain, tanpa
menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Sumber :
id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://she2008.wordpress.com/2011/02/07/penalaran-induktif/
http://juprimalino.blogsot.com/2011/12/logika-berfikir-deduktif-dan-induktif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar